BAB 1
Kelompok Sosial dalam
Masyarakat Multikultural
Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Multikultural
1. Hakekat
Kelompok Sosial
Sebagai
makhluk sosial, manusia akan selalu hidup dalam kelompok-kelompok tertentu. Hal
itu karena adanya kenyataan bahwa upaya manusia untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya akan lebih produktif diperoleh dalam kehidupan berkelompok.
Kelompok terbentuk karena hasrat dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Hasrat
sosial, yaitu
hasrat manusia untuk menghubungkan dirinya dengan individu atau kelompok lain.
2. Hasrat
bergaul,
yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang-orang maupun kelompok
lain.
3. Hasrat
memberitahukan,
yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan perasaannya kepada orang lain.
4. Hasrat
meniru,
yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam maupun
terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan.
5. Hasrat
berjuang,
yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawan atau berjuang untuk mempertahankan
hidupnya.
6. Hasrat
bersatu,
yaitu hasrat manusia untuk bersatu dengan lainnya agar tercipta kekuatan
bersama, mengingat adanya kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.
7. Kesamaan
keturunan dan keyakinan.
Kebutuhan
untuk selalu bergaul dengan orang lain merupakan naluri alami manusia. Naluri
ini disebut gregariouss. Naluri ini mengarahkan
manusia untuk memenuhi dua hasrat penting sebagai manusia. Kedua hasrat itu
adalah:
1. Hasrat untuk menjadi satu
dengan manusia lain di skitarnya, dan
2. Hasrat untuk menjadi satu
dengan suasana alam di sekitarnya.
Beberapa
ahli Sosiologi memberikan definisi tentang kelompok sosial sebagai berikut.
a. Goodman (Asisten
Profesor Departemen Sosiologi Komparatif pada Universitas Puguet Sound)
Kelompok
dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan
identitas dan berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai
tujuan bersama.
b. Merton
(Profesor Sosiologi pada Universitas Columbia)
Sekelompok
orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut
kelompok sosial.
Dalam Oxford
Dictionary Sociology 2nd Edition disebutka bahwa secara umum
kelompok sosial adalah sejumlah individu, dimaknai dengan kriteria keanggotaan
secara formal maupun informal, yang memiliki kesadaran bersama dan dipersatukan
oleh pola interaksi yang relatif stabil (a number of individuals,
defined by formal or informal criteria of membership, who share a feeling of
unity or are bound together in relatively stable pattern f interaction).
Robert
K. Merton menyebutkan tiga kriteria suatu kelompok, yaitu:
1. Memiliki pola interaksi,
2. Pihak yang berinteraksi
mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok; dan
3. Pihak yang berinteraksi
didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.
2. Tipe-Tipe
Kelompok Sosial
Tipe-tipe
kelompok sosial dapat dibedakan atas beberapa kriteria sebagai berikut.
a. Berdasarkan
Kepentingan dan Wilayah
Berdasarkan
kesatuan wilayah tempat tinggal setiap kelompok sosial dan kepentingan yang
mengikatnya, dikenal bentuk umum kelompok yang disebut komunitas (community). Ada demikian banyak
definisi komunitas ditemukan dalam literatur. George Hillery Jr. pernah
mengidentifikasi sejumlah besar definis, kemudian menemukan bahwa kebanyakan
definisi tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai:
1)
Persamaan tempat tinggal (the common elemens of area);
2)
Ikatan kolektif (commonities);
3)
Interaksi sosial (social interaction).
Selanjutnya,
George Hiller Jr. (Profesor Sosiologi pada Universitas Virginia) merumuskan
pengertian komunitas sebagai “people living within a
specific area, sharing common ties, and interacting with one another” (orang-orang yang hidup
dalam suatu wilayah tertentu dengan ikatan bersama dan satu dengan yang lain
saling berinteraksi).
Sementara
itu, Cristensson dan Robinson melihat bahwa konsep komunitas mengandung empat
komponen, yaitu:
1)
Adanya sejumlah orang (people)
2)
Tempat atau teritori yang didiami bersama (place
or territory)
3)
Interaksi sosial
4)
Identifikasi secara psikologis sebagai anggota (psychological
identification).
Mereka
kemudian merumuskan pengertian komunitas sebagai “people
live within a geographically bounded area who are involved in social
interaction and have one or more psychological ties with each other or with the
place in which they live” (orang-orang yang bertempat tinggal di suatu daerah
yang terbatas secara geografis, yang terlibat dalam interaksi sosial dan
memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan
wilayah tempat tinggalnya).
Kedua
definisi di atas tampak selaras dan saling melengkapi, baik George maupun
Cristensson dan Robinson menunjukkan bahwa komunitas mengandung makna adanya
sejumlah orangg di suatu wilayah yang terbatas satu dengan lain saling
berinteraksi dan memiliki ikatan (sosial, psikologi) bersama, baik
antarsesamanya maupun dengan wilayah teritorinya. Hal demikian juga senada
dengan pendapat Soerjono Soekanto yang mengatakan bahwa komunitas menunjuk pada
bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan
batas-batas tertentu. Faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang
lebih besar di antara anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas
wilayahnya. Konsep komunitas digunakan juga untuk menunjuk kepada suatu unit
atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan
kepentingan bersama (communities of common interest), tidak saja yang
mempunyai teritorial, tetapi juga yang bersifat fungsional.
Secara
umum, komunitas berbentuk seperti berikut.
1) Suku
Menurut
Koentjaraningrat (ahli Antropologi Universitas Indonesia), konsep yang tercakup
dalam istilah suku bangsa ialah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesatuan atau persamaan bahasa. Dalam suatu negara biasanya terdapat berbagai
kelompok etnik yang berbeda.
Bila
hendak mendefinisikan suku bangsa sebagai sebuah katagori atau golongan sosialaskriptif (bawaan lahir), suku bangsa
adalah sebuah pengorganisasian sosial mengenai jati diri yang bersifat
askriftif. Bersifat askriftif artinya anggota suku bangsa mengaku sebagai
anggota suatu suku bangsa karena dilahirkan oleh orang tua dari suku bangsa
tertentu atau dilahirkan di dan berasal dari suatu daerah tertentu.
2) Desa
Desa
adalah sebuah komunitas yang kehidupannya masih didominasi oleh banyak adat
istiadat lama. Sebagian besar aspek kehidupan komunitas ini didasarkan pada
cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang diwarisi dari nenek moyang.
Kehidupan mereka relatif belum dipengaruhi oleh perubahan dari luar lingkungan
sosialnya.
Karakter
komunitasnya ini, antara lain sebagai berikut
1. Besarnya peranan kelompok
primer, dalam hal ini peranan keluarga atau hubungan darah sangat dominan dalam
menjalani kehidupan yang homogen.
2. Bersifat homogen, karena
desa didirikan beberapa keluarga dan satu keturunan, desa menghasilkan sebuah
kelompok yang homogen.
3. Solidaritas kuat, interaksi
sosial bersifat intim.
4. Organisasi sosial pada
pokoknya didasarkan atas adat istiadat yang terbentuk menurut tradisi.
5. Kepercayaan kuat terhadap
kekuatan-kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan manusia, tetapi dapat
dikuasai olehnya.
6. Tidak ada lembaga-lembaga
khusus untuk memberi pendidikan dalam bidang teknologi. Keterampilan diwariskan
oleh orang tua kepada anak berdasarkan pengalaman.
7. Hukum yang berlaku umumnya
tidak tertulis, tidak kompleks, tetapi pokok-pokoknya tetap diketahui dan
dipahami oleh anggota komunitas.
8. Ekonominya sebagian besar
meliputi produksi untuk konsumsi terbatas, sedangkan pemanfaatan uang sebagai
alat tukar dan pengukur harga perannya relatif kecil.
9. Kegiatan ekonomi dan sosial
yang memerlukan kerja sama dilakukan secara tradisional dengan gotong-royong.
3) Kota
Kota
adalah suatu komunitas yang identik dengan laju modernisasi dan perubahan yang
sangat pesat dalam segala aspeknya. Sebagai komunitas, kota memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a)
Peranan sosial yang tinggi.
b)
Mobilitas sosial yang tinggi.
c)
Hidupnya tergantung pada spesialisasinya.
d)
Bersifat heterogen.
e)
Hubungan antara anggota yang satu dengan lainnya lebih didasarkan oleh
kepentingan.
f)
Lebih banyak mengubah lingkungan.
g)
Berpandangan lebih materialistis.
h)
Pusat kompetisi semua kelompok.
b. Berdasarkan
Sikap Anggota dan Organisasi Sosial
1) Kelas
sosial
Kelas
sosial adalah pembagian warga masyarakat ke dalam kelompok-kelompok yang
menempati lapisan sosial tertentu karena faktor kekayaan, kekuasaan, keturunan,
ataupun kehormatan.
2) Kerumunan
Secara
umum, kerumunan dapat dimaknai sebagai kelompok yang bersifat sementara karena
terkait oleh kepentingan sesaat dan tidak terorganisasi.
3) Publik
Berbeda
dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang bukan merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunitas,
misalnya surat kabar, radio, televisi, dan film. Alat-alat penghubung semacam
ini lebih memungkinkan satu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas
dan lebih besar.
BAB II
Perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
A. PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL
Manusia dilahirkan kedunia seorang diri, tetapi kemudian hidup berkelompok dengan keluarganya. Seperti kita ketahui, manusia pertama adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama hawa.
Mereka lalu beranak pinak, terbentuklah keluarga, kelompok social, kelompok kekerabatan, masyarakat, bangsa, dan Negara.
1. Proses pembentukan kelompok sosial
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting ialah reaksi yang tinbul akibat hubungan-hubungan social tersebut. Reaksi yang timbul itu, menyebabkan tindakan dan tanggapan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau seseorang mempunyai teman, dia memerlukan reaksi, entah yang berujut pujian atau celaan, yang mendorong munculnya tindakan-tindakn selanjutnya. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dalam masyarakat
b. keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
2. Persyaratan atau factor-faktor pembentukan kelompok social. Terbentuknya kelompok social
memerlukan persyaratan sebagai berikut:
a. setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa diri nya merupakan anggota atau bagian dari
kelompok social nya.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan di antar mereka bertambah erat.
d. Kelompok itu berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku yang khas.
e. Kelompok itu bersistem dan berproses terus menerus.
B. PERKEMBANGAN KELOMPOK SOSIAL
Kelompok social bukan merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok social selalu mengalami perkembangan atau perubahan. Beberapa kelompok social sifatnya lebih stabil daripada kelompok lainnya. Strukturnya tidak banyak mengalami peubahan yang mencolok. Namun, adapula kelompok social yang mengalami perubahan yang cepat, walaupun tidak ada pengaruh dari luar.
1. Perubahan kelompok sosial
Kelompok social umumnya mengalami perubahan akibat proses revolusi karena pengaruh dari luar. Keadaan tidak stabil pada kelompok social dapat terjadi sebagai akibat konplik antar kelompok karena kurangnya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam kelompok tersebut. Ada golongan dalam kelompok social yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lain, atau ada kepentingan tidak seimbang, sehingga timbul ketidak adilan atau perbedaan paham atau pandangan tentang cara mencapai tujuan kelompok. Kesemuanya itu mengakibatkan terjadinya perpecahan didalam kelompok social, sehingga timbul perubahan struktur kelompok social. Timbulnya struktur kelompok sosil yang baru, pada akhirnya bertujuan mencapai keadaan yang seimbang dan stabil.
Prubahan struktur kelompok social dapt pula terjad karena sebab-sebab dari luar. Ancaman dari luar misalnya, sering kali menjadi factor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok social. Situasi yang membahayakan yang berasal dari luar akan memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keinginan untuk mementingkan diri sendiri dari anggota-anggota kelompok social tersebut. Sebab lain, yaitu pergantian pimpinan, stap, atau anggota kelompok social yang tidak sesuai dengan ketantuan yang berlaku.
Menurut max weber, dalam masyarakat multicultural ada beberapa macam kelompok social. Kelompok social yang satu berbeda dari kelompok social yang lain, walaupun mereka termasuk dalam suatu masyarakat yang sama. Max weber mengemukakan bahwa kelompok masyarakat majemuk berkaitan dengan tatanan yang mengikat dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat multicultural, yaitu masyarakat yang beragam etnis/ suku bangsa, ras, agama, bahasa, adatistiadat, profesi, golongan politik dsb. Kebragaman suku bangsa dan kebudayaan tersebut, tentu saja berpengaruh terhadap system dan struktur social. Karena itu, dalam masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam kelompok social berdasarkan criteria tertentu, seperti kelompok social yang terbentuk karena kepentingan etnis atau suku bangsa, kelompok social kerena kepentingan agama, kerena kepentingan profesi dsb. Perkembangan kelompok social itu terjadi melalui 2 proses, yaitu proses yang bersipat alami dan disengaja.
2. ciri-ciri kelompok social
Menurut sherif kelompok social memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. terdapat dorongan atau motif yang sama pada setiap anggota kelompok yang menyebabkan terjadinya interaksi kearah tujuan yang sama.
b. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan dari individu-individu serta reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat didalamnya.
c. Pembentukan penegasan struktur kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarki yang lambat laun berkembang dengan sendirinya dalam pencapaian tujuannya.
d. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma sebagai pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok.
Untuk lebih jelasnya, ciri-ciri utama kelompok social akan dijelaskan satu persatu berikut ini.
a. motif-motif yang sama
terbentuknya klompok social itu ialah kerena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan kegiatan bersama lebih mudah dapat dicapai daripada atas usaha sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok social. Tanpa motif yang sama antara sejumlah individu, suatu kelompok social yang khas tidak akan terbentuk.
Denan demikian, terbentuk nya kelompok social bergantung pada adanya tujuan atau motif bersam dan keinsyapan akan oerlunya kerja sama untuk mencapai tujuan itu. Dalam perkembangan kelompok social, selain motif timbul pula tujuan-tujuan tambahan, yang mempunyai peran memperkukuh kehidupan kelompoknya. Apabila kehidupan kelompok bertambah kukuh, sense of belongingness pada anggota-anggotanya makin mendalam.
b. Reaksi dn kecakapan berlainan
sheriff menegaskan bahwa situasi social, baik situasi kebersamaan maupun situasi kelompok mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap tingkah laku individu dibandingkan dengan kebiasaan tingkah laku individu itu dalam keadaan sendiri.
Atas dasar perbedaan-perbedaan dalam kemampuan dan kecakapan antar anggota kelompok yang dirangsang oleh situasi social itu, maka terjadilah pembagian tugas yang khas antara anggota-anggotanya sesuai denagn kecakapannya untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan kelompok secara kerja sama. Demikain lah lambat laun terjadi struktur kelompok yang khas serta norma-norma dan pedoman-pedoman pelaksanaan kegiatan kelompok.
c. Penegasan struktur kelompok
struktur kelompok adalah suatu system yang cukup tegas mengenai hubungan-hubungan antara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan-peranan dan status-status mereka sesuai dengan sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok menuju tujuannya.
Dasar hierarki kelompok social itu ialah pembagian tugas dan koordinasi antara tugas-tugas tiap anggota, yang berhubungan dengan kecakapan dan sunbangannya dalam mengusahakan tujuan kelompok, termasuk penegasan struktur kelompok, lambat laun tercipta harapan-harapan yang timbal balik antaranggota.
C. EKSPERIMEN DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
Floyd D.Ruch dalam bukunya, Psychologi and life, menegaskan bahwa dinamika kelompok atau (group dynamics) merupakan hasil interaksi yang dinamis diantara individu-individu dalam situasi social.
1. eksperimen pertama
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika kelompok, dibawah ini akan diuraikan hasil penelitian sherip tentang interaksi dalam kelompok dan interaksi antar kelompok.
a. hipotesis eksperimen
eksperimen yang bertujuan menyelidiki 2 hipotesis berikut ini.
1) apabila individu-individu manusia yang tidak berhubungan antara satu dengan yang lain dikumpulkan pada suatu tempat untuk berinteraksi social dalam kegiata-kegiatan yang menuju ketujuan yang sama, maka akan terbentuk kelompok social dengan struktur nya yang khas dimana akan terdapat kedudukan social yang hierarkis dan peran-peran social tiap-tiap anggota kelompok yang saling berinteraksi social.
2) Apabila dua kelompok telah membuat struktur in-group nya masing-masing, maka akan terbentuk sikap yang negative terhadap kelompok yang menjadi out-group nya dan akan terbentuk streotip prasangka negative terhadap out-group nya.
Kedua hipotesis itu diselidiki kebenarannya oleh sheriff dengan mengadakan eksperimen berikut ini. Eksperimen di lakukan terhadap 24 orang anak lelaki yang berumur 12 tahun. Anak itu tidak saling mengenal dan perbedaan sosoal di antara mereka di hilangkan karena perbedaan itu dapat mempengaruhi jalannya eksperimen.
b. Jalannya eksperimen
eksperimen di rencanakan dalam tiga fase:
1) fase pertama
Direncana kan anak-anak mengadakan hubungan persahabatan berdasarkan kegiatan bersama seperti berenang, olah raga, dst.di harap kan mereka memilih kawan nya sendiri, dalam bermain mereka di beri kebebasan memilih kawan sepermainan sendiri.ini berjalan selama tiga hari.
2) fase kedua
Setelah tiga hari anak bergaul di lakukan pemisahan anak-anak dalam dua kelompok, masing-masing terdiri atas 12 orang.dari pemisahan itu di harap kan terbentuk struktur social sendiri pada masing-masing kelompok sehingga akan terbentuk in-group dan out-group.
3) fase ketiga
Setelah terbentuk dua kelompok yang khas di rencanakan menimbulkan pergeseran dan konflik social di antara kedua nya. Di ciptakan situasi-situasi yang memudah kan timbul nya saling menghambat antara satu dengan yang lain.
c. Hasil eksperimen
hasil eksperimen di peroleh data-data penelitian sebagai berikut:
1) hasil fase pertama
Seperti yang diharapkan, anak-anak dalam fase pertama segera mengadakan interaksi dan mencari kawan sendiri. Terbentuklah secara bebas kelompok-kelompok persahabatan kecil sebagai hasil dari interaksi timbal-balik kearah tujuan bersama itu.
2) hasil fase kedua
Ternyata persahabatan-persahabatan yang terjadi pada akhir fase pertama (persahabatan berdasar kan interaksi dan pemilihan bebas), setelah di pisah kan dan di masuk kan kedalam kedua kelompok yang lebih besar itu, pada akhir fase kedua tidak ada lagi. Anak-anak sekarang cenderung dengan kawan-kawan kelompok A dan B.
3) hasil fase ketiga
Kesimpulan eksperimen sebagai berikut. Hasil eksperimen membuktikan kebenaran hipotesis kedua yang ingin di selidiki dan keseluruhan eksperimen ini berhasil membuktikan kedua hipotesis, yaitu bahwa dinamika kelompok akan menghasilkan struktur dan norma kelompok serta perasaan in-group yang khas, dan bahwa apabila terjadi pergeseran antara dua kelompok yang sudah mempunyai perasaan in-group masing-masing maka akan terbentuk sikap negative dan streotop terhadap out-group nya masing-masing. Telah di simpulkan bahwa untuk mendamai kan dua kelompok yang berkonflik terdapat cara yang efektif:
1. berusaha agar beberapa anggota yang mewakili kedua kelompok itu di satukan dan dipertandingkan dengan suatu kelompok di luar kedua kelompok .
2. berusaha anggota kelompok itu sering bekerja sama.
Manusia dilahirkan kedunia seorang diri, tetapi kemudian hidup berkelompok dengan keluarganya. Seperti kita ketahui, manusia pertama adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama hawa.
Mereka lalu beranak pinak, terbentuklah keluarga, kelompok social, kelompok kekerabatan, masyarakat, bangsa, dan Negara.
1. Proses pembentukan kelompok sosial
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting ialah reaksi yang tinbul akibat hubungan-hubungan social tersebut. Reaksi yang timbul itu, menyebabkan tindakan dan tanggapan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau seseorang mempunyai teman, dia memerlukan reaksi, entah yang berujut pujian atau celaan, yang mendorong munculnya tindakan-tindakn selanjutnya. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dalam masyarakat
b. keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
2. Persyaratan atau factor-faktor pembentukan kelompok social. Terbentuknya kelompok social
memerlukan persyaratan sebagai berikut:
a. setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa diri nya merupakan anggota atau bagian dari
kelompok social nya.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan di antar mereka bertambah erat.
d. Kelompok itu berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku yang khas.
e. Kelompok itu bersistem dan berproses terus menerus.
B. PERKEMBANGAN KELOMPOK SOSIAL
Kelompok social bukan merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok social selalu mengalami perkembangan atau perubahan. Beberapa kelompok social sifatnya lebih stabil daripada kelompok lainnya. Strukturnya tidak banyak mengalami peubahan yang mencolok. Namun, adapula kelompok social yang mengalami perubahan yang cepat, walaupun tidak ada pengaruh dari luar.
1. Perubahan kelompok sosial
Kelompok social umumnya mengalami perubahan akibat proses revolusi karena pengaruh dari luar. Keadaan tidak stabil pada kelompok social dapat terjadi sebagai akibat konplik antar kelompok karena kurangnya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam kelompok tersebut. Ada golongan dalam kelompok social yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lain, atau ada kepentingan tidak seimbang, sehingga timbul ketidak adilan atau perbedaan paham atau pandangan tentang cara mencapai tujuan kelompok. Kesemuanya itu mengakibatkan terjadinya perpecahan didalam kelompok social, sehingga timbul perubahan struktur kelompok social. Timbulnya struktur kelompok sosil yang baru, pada akhirnya bertujuan mencapai keadaan yang seimbang dan stabil.
Prubahan struktur kelompok social dapt pula terjad karena sebab-sebab dari luar. Ancaman dari luar misalnya, sering kali menjadi factor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok social. Situasi yang membahayakan yang berasal dari luar akan memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keinginan untuk mementingkan diri sendiri dari anggota-anggota kelompok social tersebut. Sebab lain, yaitu pergantian pimpinan, stap, atau anggota kelompok social yang tidak sesuai dengan ketantuan yang berlaku.
Menurut max weber, dalam masyarakat multicultural ada beberapa macam kelompok social. Kelompok social yang satu berbeda dari kelompok social yang lain, walaupun mereka termasuk dalam suatu masyarakat yang sama. Max weber mengemukakan bahwa kelompok masyarakat majemuk berkaitan dengan tatanan yang mengikat dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat multicultural, yaitu masyarakat yang beragam etnis/ suku bangsa, ras, agama, bahasa, adatistiadat, profesi, golongan politik dsb. Kebragaman suku bangsa dan kebudayaan tersebut, tentu saja berpengaruh terhadap system dan struktur social. Karena itu, dalam masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam kelompok social berdasarkan criteria tertentu, seperti kelompok social yang terbentuk karena kepentingan etnis atau suku bangsa, kelompok social kerena kepentingan agama, kerena kepentingan profesi dsb. Perkembangan kelompok social itu terjadi melalui 2 proses, yaitu proses yang bersipat alami dan disengaja.
2. ciri-ciri kelompok social
Menurut sherif kelompok social memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. terdapat dorongan atau motif yang sama pada setiap anggota kelompok yang menyebabkan terjadinya interaksi kearah tujuan yang sama.
b. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan dari individu-individu serta reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat didalamnya.
c. Pembentukan penegasan struktur kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarki yang lambat laun berkembang dengan sendirinya dalam pencapaian tujuannya.
d. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma sebagai pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok.
Untuk lebih jelasnya, ciri-ciri utama kelompok social akan dijelaskan satu persatu berikut ini.
a. motif-motif yang sama
terbentuknya klompok social itu ialah kerena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan kegiatan bersama lebih mudah dapat dicapai daripada atas usaha sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok social. Tanpa motif yang sama antara sejumlah individu, suatu kelompok social yang khas tidak akan terbentuk.
Denan demikian, terbentuk nya kelompok social bergantung pada adanya tujuan atau motif bersam dan keinsyapan akan oerlunya kerja sama untuk mencapai tujuan itu. Dalam perkembangan kelompok social, selain motif timbul pula tujuan-tujuan tambahan, yang mempunyai peran memperkukuh kehidupan kelompoknya. Apabila kehidupan kelompok bertambah kukuh, sense of belongingness pada anggota-anggotanya makin mendalam.
b. Reaksi dn kecakapan berlainan
sheriff menegaskan bahwa situasi social, baik situasi kebersamaan maupun situasi kelompok mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap tingkah laku individu dibandingkan dengan kebiasaan tingkah laku individu itu dalam keadaan sendiri.
Atas dasar perbedaan-perbedaan dalam kemampuan dan kecakapan antar anggota kelompok yang dirangsang oleh situasi social itu, maka terjadilah pembagian tugas yang khas antara anggota-anggotanya sesuai denagn kecakapannya untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan kelompok secara kerja sama. Demikain lah lambat laun terjadi struktur kelompok yang khas serta norma-norma dan pedoman-pedoman pelaksanaan kegiatan kelompok.
c. Penegasan struktur kelompok
struktur kelompok adalah suatu system yang cukup tegas mengenai hubungan-hubungan antara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan-peranan dan status-status mereka sesuai dengan sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok menuju tujuannya.
Dasar hierarki kelompok social itu ialah pembagian tugas dan koordinasi antara tugas-tugas tiap anggota, yang berhubungan dengan kecakapan dan sunbangannya dalam mengusahakan tujuan kelompok, termasuk penegasan struktur kelompok, lambat laun tercipta harapan-harapan yang timbal balik antaranggota.
C. EKSPERIMEN DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
Floyd D.Ruch dalam bukunya, Psychologi and life, menegaskan bahwa dinamika kelompok atau (group dynamics) merupakan hasil interaksi yang dinamis diantara individu-individu dalam situasi social.
1. eksperimen pertama
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika kelompok, dibawah ini akan diuraikan hasil penelitian sherip tentang interaksi dalam kelompok dan interaksi antar kelompok.
a. hipotesis eksperimen
eksperimen yang bertujuan menyelidiki 2 hipotesis berikut ini.
1) apabila individu-individu manusia yang tidak berhubungan antara satu dengan yang lain dikumpulkan pada suatu tempat untuk berinteraksi social dalam kegiata-kegiatan yang menuju ketujuan yang sama, maka akan terbentuk kelompok social dengan struktur nya yang khas dimana akan terdapat kedudukan social yang hierarkis dan peran-peran social tiap-tiap anggota kelompok yang saling berinteraksi social.
2) Apabila dua kelompok telah membuat struktur in-group nya masing-masing, maka akan terbentuk sikap yang negative terhadap kelompok yang menjadi out-group nya dan akan terbentuk streotip prasangka negative terhadap out-group nya.
Kedua hipotesis itu diselidiki kebenarannya oleh sheriff dengan mengadakan eksperimen berikut ini. Eksperimen di lakukan terhadap 24 orang anak lelaki yang berumur 12 tahun. Anak itu tidak saling mengenal dan perbedaan sosoal di antara mereka di hilangkan karena perbedaan itu dapat mempengaruhi jalannya eksperimen.
b. Jalannya eksperimen
eksperimen di rencanakan dalam tiga fase:
1) fase pertama
Direncana kan anak-anak mengadakan hubungan persahabatan berdasarkan kegiatan bersama seperti berenang, olah raga, dst.di harap kan mereka memilih kawan nya sendiri, dalam bermain mereka di beri kebebasan memilih kawan sepermainan sendiri.ini berjalan selama tiga hari.
2) fase kedua
Setelah tiga hari anak bergaul di lakukan pemisahan anak-anak dalam dua kelompok, masing-masing terdiri atas 12 orang.dari pemisahan itu di harap kan terbentuk struktur social sendiri pada masing-masing kelompok sehingga akan terbentuk in-group dan out-group.
3) fase ketiga
Setelah terbentuk dua kelompok yang khas di rencanakan menimbulkan pergeseran dan konflik social di antara kedua nya. Di ciptakan situasi-situasi yang memudah kan timbul nya saling menghambat antara satu dengan yang lain.
c. Hasil eksperimen
hasil eksperimen di peroleh data-data penelitian sebagai berikut:
1) hasil fase pertama
Seperti yang diharapkan, anak-anak dalam fase pertama segera mengadakan interaksi dan mencari kawan sendiri. Terbentuklah secara bebas kelompok-kelompok persahabatan kecil sebagai hasil dari interaksi timbal-balik kearah tujuan bersama itu.
2) hasil fase kedua
Ternyata persahabatan-persahabatan yang terjadi pada akhir fase pertama (persahabatan berdasar kan interaksi dan pemilihan bebas), setelah di pisah kan dan di masuk kan kedalam kedua kelompok yang lebih besar itu, pada akhir fase kedua tidak ada lagi. Anak-anak sekarang cenderung dengan kawan-kawan kelompok A dan B.
3) hasil fase ketiga
Kesimpulan eksperimen sebagai berikut. Hasil eksperimen membuktikan kebenaran hipotesis kedua yang ingin di selidiki dan keseluruhan eksperimen ini berhasil membuktikan kedua hipotesis, yaitu bahwa dinamika kelompok akan menghasilkan struktur dan norma kelompok serta perasaan in-group yang khas, dan bahwa apabila terjadi pergeseran antara dua kelompok yang sudah mempunyai perasaan in-group masing-masing maka akan terbentuk sikap negative dan streotop terhadap out-group nya masing-masing. Telah di simpulkan bahwa untuk mendamai kan dua kelompok yang berkonflik terdapat cara yang efektif:
1. berusaha agar beberapa anggota yang mewakili kedua kelompok itu di satukan dan dipertandingkan dengan suatu kelompok di luar kedua kelompok .
2. berusaha anggota kelompok itu sering bekerja sama.
BAB III
KEANEKARAGAMAN DALAM MASYARAKAT
MULTIKULTURAL
A.
Masyarakat Multikultural1. Pengertian
Masyarakat multikultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan.
Clifford Geertz mengatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi kedalam subsistem-subsistem yang lebih kurang berdiri sendiri dan masing-masing subsistem terikat oleh ikatan-ikatan primordial.
2. Ciri ciri masyarakat Multikultural
a. Mempunyai struktur lebih dari satu.
b. Nilai nilai dasar yang merupakan kesepakatan bersama sulit berkembang.
c. Sering terjadi konflik konflik yang berbau SARA.
d. Struktur sosialnya lebih bersipat nonkomplometer.
e. Proses intregrasi yang terjadi berlangsung secara lampat.
f. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik dan sosial budaya.
B. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Multikultural
1. Keadaan geografis
Keadaan ini menyebabkan tiap-tiap pulau memiliki penduduk dengan budaya yang berkembang sendiri-sendiri dan sulit berkomunikasi dengan pulau-pulau yang lainnya.
2. Pengaruh kebudayaan asing
Adanya kontak dan komunikasi dengan para pedagang asing yang memiliki corak budaya dan agama yang berbeda menyebabkan terjadinya proses akulturasi unsur kebudayaan dan agama.
3. Kondisi iklim yang berbeda
Ada komunitas yang mengandalkan laut sebagai sumber pemenuhan kebutuhan kehidupannya ada pula yang mengandalkan pertanian dan perkebunan.
C. Keanekaragaman Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia
1. Konflik Antarites dan antar pemeluk agama yang berbeda
Dalam pergaulan antar suku bangsa di indonesia, atribut-atribut sosial yang di miliki oleh masing-masing suku bangsa yang berbeda sering kali menimbulkan sikap prasangka dari warga suku bangsa yang satu terhadap suku bangsa yang lain.
2. Proses integrasi bersipat terpaksa
Dalam masyarakat multikultural terdapat berbagai sistem nilai dan budaya berbeda yang telah di yakini oleh masing-masing kelompok sosial dengan waktu yang relatif lama yang telah di wariskan secara turun temurun
3. Kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan berpolitik, dan sistem hukum
4. Kesenjangan yang berkaitan dengan aspek materia
Kesenjangan yang berkaitan dengan aspek material yang menyangkut kesenjangan dalam aspek ekonomi, yang sekarang marak di kota-kota besar kususnya jakarta telah melahirkan kesenjangan antara desa dan ota.
5. Kesenjangan antara mayoritas dan minoritas
Kesenjangan antara kelompok meyoritas dan minoritas sering kali terjadi dalam masyarakat baik dalam kontek penguasaan ekonomi oleh golongan nonpribumi terhadap golongan pribumi.
6. Alternatif Pemecahan Masalah Akibat Keanekaragaman Masyarakat Multikultural
a. Alternatif pemecahan masalah konflik antarentis dan antar pemeluk agama
Pandangan primordialisme yang menggiring manusia keantara sikap tertutup dan kepicikan harus segera di revisi dan direformasi, sikap menganggap dirinya memiliki kebudayaan yang superior perlu diwaspadai sehingga tidak merusak tatanan sosial. Nilai-nilai fositif dari bangsa asing harus kita contoh demi kemajuan kita bersama.
b. Alternatif pemecahan masalah proses integrasi yang bersifat terpaksa
Untuk menciptakan suatu integrasi sosial memang sangat sulit dilakukan terutama dalam masyarakat yang memiliki tingkat keanekaragamaan kelompok sosial yang tinggi diperlukan dengan sikap pengorbanan sikap toleransi yang besar dan upaya yang kuat untuk melawan prasangka dan diskriminasi. Dengan demikian, yang harus dikembangkan adalah pendidikan multikultural dan paham multikulturalisme yang mengakui keberadaan etnis dan budaya masyarakat suatu bangsa dan menepatkannya dalam kesetaraan derajat.
c. Alternatif pemecahan masalah kesenjangan aspek kemasyarakatan
Salah satu upaya untuk meminimalkan kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan adalah ditetapkannya otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada masyarakat daerah dalam mengatur urusan daerahnya sendiri.
d. Alternatif pemecahan masalah kesenjangan yang berkaitan dengan aspek material
Untuk mengatasi suatu kesenjangan aspek material dan pembangunan antara jawa dan luar jawa misalnya, antara desa dan kota atau antara miskin dan kaya memang dibutuhkan upaya dari berbagai pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun masyarakat dan lembaga-lembaga terkait. Dengan adanya otonomi diharapkan daerah dapat mengembangkan potensi alam dan juga potensi sumber daya manusianya agar dapat bersaing menyongsong era globalisasi.
e. Alternatif pemecahan masalah kesenjangan mayoritas dan minoritas
Tantangan bagi kita sebagai bangsa adalah bagaimana kita dapat hidup damai dengan kenyataan adanya golongan dalam masyarakat kita, baik mayoritas maupun minoritas apapun latarbelakang, suku, ras, agama, kebudayaan, bangsa ataupun asal usulnya. Kemudian yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita menjalin hubungan serta kerja sama dan saling menerima, saling menbantu, dan saling menguntungkan.
f. Perlunya Pendidikan Multikultural
Untuk mendukung dan menyosialisasikan paham multikulturalisme di butuhkan kerja sama dari berbagai pihak . Dalam hal ini di butuhkan beberapa prilaku dari individu-individu yang bersangkutan, seperti kepercayaan dan toleransi, kepedulian, penerapan hukum serta sikap keterbukaan.
1. Kepercayaan dan toleransi
Kepercayaan berarti kita bisa mempercayai orang lain dan sebaliknya, kita bisa di percaya.
2. Pengembangan sikap kepedulian terhadap sesuatu yang berbeda
Sebagai masyarakat yang multikultural adalah sikap kepedulian terhadap budaya ataupun kelompok lain yang berbeda perlu di kembangan dan di sosialisasikan sejak dini kepada generasai penerus bangsa, agar tercipta kepekaan sosial dan kerja sama yang saling menguntungkan di antara berbagai kelompok yang memiliki latar belakang etis, agama, budaya, dan adat-adat yang berbeda.
3. Adanya penerapan hukum yang konsekwen dan konsisten
Salah satu kunci keberhasilan penerapan idiologi multikulturalisme adalah penerapan hukum yang baik. Untuk menerapakan hukum yang konsekwen dan konsisten dd butuhkan orang-orang yang jujur dan adil sehingga tidak memihak salah satu golongan atau kelompok.
4. Mengembangkan sikap keterbukaan
Fudamentalisme pada dasarnya memutlakan pendapaat seseorang mengenai kebenaran, ediologi atau agama yang di anut, melalui bidang pendidikan, generasai muda harus lebih mengenal berbagai kebudayaan yang masi hidup di tanah air.Memberi kesempataan untuk mrngembangkan apresiasi dan toleransi dalam rangka terjadinya cross culture (lintas budaya) di lingkungan generasi muda. Contoh yang bisa kita ambil adalah gerakan pramuka dalam suatu jambore internasionlataupun pertukaran pelajar.
URAIAN MATERI
A.
ANEKA MACAM KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Menurut
Mac Iver dan Page kelompok adalah sejumlah individu yang saling berinteraksi satu
sama lain. Para ahli yang lain juga memberi batasan tentang kelompok yakni
suatu kehidupan bersama individu dalam suatu ikatan. Ikatan hidup bersama
tersebut adanya interaksi dan interrelasi sosial yang memungkinkan timbulnya
perasaan bersama.
1.
Kelompok semu
Kelompok
semu adalah kelompok yang lahir dalam masyarakat akan tetapi sifatnya tidak
ajeg, kecil kemungkinan untuk membentuk tradisi serta kesadaran kelompok dan
tidak ada suatu keinginan untuk mempererat ikatan anggotanya.
Ciri-ciri
kelompok semu adalah :
a.
Tanpa rencana dan terbentuknya secara spontan.
b.
Tanpa wadah tertentu untuk mengorganisir.
c.
Kelangsungan interaksi, interrelasi serta komunikasi secara ajeg, tidak kita
jumpai.
d.
Kesadaran kelompok tidak ada.
e.
Kehadirannya tidak tetap ( Davis, 1960 : 351).
Berdasarkan
ciri-ciri diatas, kelompok semu dapat dibagi sebagai berikut :
a.
Kerumunan ( Crowd )
Kerumuhan
ialah kehadiran orang-orang secara fisik. Kerumunan ini segera menghilang
setelah orang-orangnya bubar, dan dengan dengan demikian kerumunan merupakan
suatu kelompok sosial yang sifatnya sementara.
Kerumunan
dapat dibedakan antara yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat yang
timbul dengan sendirinya (tanpa diduga sebelumnya), serta kerumunan yang
dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi.
b.
Massa ( mass )
Massa
sebenarnya mendekati kerumunan, karena ciri-cirinya hampir sama, bedanya
terletak pada ciri massa yang kemungkinan terbentuknya memang disengaja,
direncanakan, ada persiapan yang tidak mendadak, dan tidak spontan.
Contohnya
: kelompok yang sengaja dihimpun pada saat unjuk rasa, berkampanye, dan lain
sebagainya.
c.
Publik ( public )
Terbentuknya
publik karena ada perhatian yang disatukan oleh alat-alat komunikasi seperti
radio, televisi, dan sebagainya. Alat-alat komunikasi i ni dapat membentuk
publik lebih besar lagi jumlahnya. Pulik sendiri tidak bisa terjadi pada tempat
yang sama. Untuk memudahkan pembentukan publik, digunakan cara-cara yang ada
hubungannya dengan nilai-nilai sosial atau kebiasaan dari masyarakat yang
bersangkutan.
2.
Kelompok Nyata
Kelompok
ini mempunyai perbedaan ciri-cirinya, jika dilihat dari terbentuknya kelompok
ini memiliki bermacam-macam bentuk, namun memiliki satu ciri yang sama yakni :
kehadiran selalu konstan.
Bentuk
Kelompok nyata terdiri sebagai berikut :
a.
Kelompok statistik
Ciri-ciri
terbentuknya kelompok ini adalah :
1.
Tanpa terencana, tanpa disengaja, tetapi sudah terbentuk dengan sendirinya
2.
Tak terorganisir dalam suatu wadah tertentu
3.
Tak ada interaksi, interrelasi dan komunikasi secara ajeg
4.
Tak ada kesadaran kelompok
5.
Kehadiannya konstan
Kelompokok
statistik ini terbentuk karena dijadikan sasaran penelitian oleh para peneliti
statistik atau para ahli sosiolog untuk kepentingan penelitian.
b.
Kelompok sosieta
Ciri-ciri
terbentuknya kelompok ini adalah :
1.
Tanpa rencana dan disengaja terbentuk dengan sendirinya
2.
Terhimpun dalam suatu wadah tertentu
3.
Kemungkinan adanya interaksi, intrerelasi dan komunikasi
4.
Kemungkinan terjadinya kesadaran kelompok
5.
Kehadirannya konstan
Kelompok
ini mencerminkan adanya kesadaan kelompok, sebagai akibat kesamaan jenis (
jenis kelamin, warna kulit, tempat domisili ) atau juga karena diikat oleh
lambang tertentu misalnya lambang negara, tanda pengenal kelompok, dan
sebagainya.
c.
Kelompok Sosial
Kelompok
sosial menurut Robert K Merton yaitu sekumpulan orang yang saling berinteraksi
sesuai dengan pola yang telah mapan.
Ciri-ciri
terbentuknya kelompok ini adalah :
1.
Terbentuk dengan sendirinya
2.
Ada wadah yang memungkinkan menampung mereka
3.
Ada interaksi dan interrelasi, sehingga terjadinya komunikasi yang intern
4.
Ada kesadaran berkelompok
5.
Kehadirannya konstan
Kelompok
ini dapat disamakan dengan masyarakat dalam arti khusus. Ini karena
terbentuknya oleh karena adnya unsur-unsur lain yang dapat diuraikan secara
mendetail, seperti pekerjaan yang sama, status yang sama atau jenis kelamin
yang sama. Contoh: tetangga, kenalan, teman sepermainan, teman seperjuangan,
teman sekota, dan sebagainya.
d.
Kelompok asosiasi
Ciri-ciri
terbentuknya kelompok ini adalah :
1.
Terencana atau memang disengaja dibentuk
2.
Terorganisir secara nyata dalam suatu wadah
3.
Ada interaksi dan interrelasi secara ajeg
4.
Ada kesadaran berkelompok yang sangat kuat, serta Kehadirannya konstan
3.
Kelompok Primer dan Sekunder
Konsep
tentang kelompok primer dikenalkan oleh Charles Horton Cooley pada tahun 1909
di Amerika Serikat. Kelompok primer meliputi dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan akrab dan erat satu sama lain. Kelompok primer dimudahkan
dengan anggota kelompok primer dapat melakukan kontak face to face, kecilnya
kelompok, kontak yang mendalam terus menerus.
Fungsi
sosial kelompok primer, kelompok primer berfungsi sebagai tempat untuk
memperkenalkan pola kebudayaan kita, kelompok ini juga sebagai institusi yang
mempersiapkan setiap individu untuk menjalani kehidupan sosial yang lebih luas,
kelompok ini pula yang menentukan arti kenyataan sosial bagi kita, Karena ia
tidak membentuk persepsi kita tentang dunia, tetapi juga mementuk persepsi kita
melalui umpan balik yang diberikan pada kita, mengenai pantas tidaknya perilaku
kita.
Kelompok
sekunder adalah kelompok yang didalamnya orang hanya tahu sedikit saja mengenai
orang lain atau tidak tau apa-apa mengenainya. Interaksi secara formal, lebih
nampak dalam kelompok ini. Tiap individu dalam menjaga hubungan lebih
berhati-hati atau cenderung berjaga-jaga.
4.
Kelompok Dalam dan Kelompok Luar
Kelompok
dalam ( In Group ) ialah satuan sosial dimana individu menjadi bagian dari
padanya, atau dengannya mereka mengidentifikasikan diri. Identifikasi diri ini
berdasarkan kepentingan tergantung dari keadaan dan persyaratan tertentu.
Misalnya, seseorang individu secara tak langsung menggolongkan dirinya sebagai
kelompok kami ( in Group ).
Kelompok
luar ( Out Group ) adalah merupakan satuan sosial dimana individu tidak
merupakan bagian daripadanya, atau yang dengannya mereka tidak
mengidentifikaikan diri. Sikap anggota out group selalu ditandai perbedaan atau
sering dengan adanya pertentangan.
5.
Gemainschaft dan Gesellschaft
Kedua
kelompok ini lahir dari karya besar sosiolog Jerman yaitu Ferdinand Tonnies
(1845-1936) yang berjudul Gemainschaft Und Gesellschaft
a.
Gemainschaft
Kelompok
ini bersumber pada anggapan bahwa dalam setiap diri individu terdapat unsur
easenwillen yaitu unsurkemauan manusia yang berakar dari naluri kemudian
menjadi kuat dan sempurna sebagai kebiasaan bersifat irrasional dan implusif.
Dalam
kelompok ini, rasa setia kawan dan kolektivitas sangat erat, bahkan karena
keratan itu sampai melahirkan iirasional. Keeratan tersebut biasanya didasarkan
pada adanya hubungan darah. Ini bermula dari perkawinan seperti : keluarga,
kerabat, suku bangsa, dan seagainya.
b.
Gesellschaft
Kelompok
ini bersumber pada anggapan bahwa dalam setiap diri individu terdapat unsur
yang disebut Kurwillen. Yaitu unsur kemauan manusia yang berakar pada sikap,
tin gkah laku, dan perbuatan berdasarkan pertimbangan akal dan pikiran tertentu
dan bersifat rasional. Pikiran yang mendorong individu bergabung dalam kelompok
ini, karena ada maksud dan tujuan tertentu berdasarkan untung rugi. Diantara
para anggotanya hapir tak ada ikatan batin atau rasa setia kawan yang bersifat
naluriah. Unsur kebersamaan ikatannya sangat longgar. Jadi kalau salah satu
anggota sudah tidak membutuhkan yang lain melalui kelompok ini, mereka dapat
melapaskan diri dari kelompok itu.
6.
Formal Group dan Informal Group
Formal
Group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas
dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya. Contohnya adalah
perkumpulan pelajar, himpunan wanita suatu instansi pemerintah, persatuan
sarjana-sarjana dari suatu perguruan tinggi tertentu dan sebagainya.
Informal
Group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang tertentu atau yang pasti.
Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang
berulang kali menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan
pengalaman-pengalaman yang sama.
7.
Membership Group daan Reference Group
Membership
Group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota
kelompok tersebut. Namun untuk menentukan keanggotaan secara fisik tidak dapat
dilakukan secara mutlak, hal ini disebabkan karena perubahan-perubahan keadaan
yang dappat mempengaruhi derajat interaksi didalam kelompok. Maka dikemukakan
istilah-istilah Nominal Group member dan Peripheral Group member. Seorang
anggota Nominal Group dianggap oleh anggota-anggota lain sebagai seseorang yang
masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan akan tetapi
interaksinya dengan anggota-anggota lain dari kelompok tadi berkurang. Seorang
anggota Peripheral Group seolah-olah sudah tidak ada berhubungan lagi dengan
kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan
apapun juga atas anggota tadi.
Reference
Group adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (buka anggota
kelompok tersebut)untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain,
seseorang bukan anggota kelompok sosial yang bersangkutan, mengidentifikasikan
dirnya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseoorang yang ingin sekali untuk
menjadi mahasiswa, akan tetapi gagal dalam memenuhi persyaratan untuk memasuki
salah satu perguruan tinggi, bertingkah laku sebagai mahasiswa, walaupun dia
bukan mahasiswa.
8.
Community dan Society
Community
adalah suatu persekutuan hidup yang oleh polak, disbutnya sebagi oraganisasi
total kehidupan sosial dlam suatu wilayah tertentu.
Unsur-unsur
Community sentiment adalah :
a.
Seperasaan : unsur seperasaan akibat bahwa seseorang berusaha untuk mengidentifikasi
dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut sehingga
kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan
lain sebagainya.
b.
Sepenaggungan : setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan
masyarakat sendiri.
c.
Saling memerlukan : individu yang ergabung dalam masyarakat setempat merupakan
dirinya bergantung pada comunitynya yang meliputi kebutuhan fisik maupun
kebutuhan-kebutuhan psikologisnya.
Perwujudan
yang nyata daripada individu terhadap kelompoknya yaitu masyarakat setempat
adalah berbagai kebiasaan masyarakat, perikelakuan-perikelakuan tertentu yang
secara khas merupakan ciri masyarakat itu.
Society
adalah sering diterjemahkan seperti masyarakat, akan tetapi society sebenarnya
tidak terikat pada adanya persamaan tempat tinggal. Society biasanya diartikan
sebagai masyarakat pada umumnya.
9.
Organisasi Sosial
Stephen
Robins ( 1995 ) mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan sosial yang
dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang relatif, yang
diidentifikasikan yang bekerja relatif terus menerus, untuk mencapai tujuan
bersama.
Beberapa
komponen yang terdapat dalam organisasi yaitu :
a.
Kesatuan sosial yaitu ada sejumlah orang yang saling berhubungan yang
berlangsung relatif dan terus menerus.
b.
Dikoordinasikan yaitu ada unsur pengaturan dengan struktur yang jelas.
c.
Batasan yang relatif dapat diidentifikasikan artinya ada daftar keanggotaan
termasuk pengurus yang dapat membedakan dengan orang lain yang bukan anggota.
d.
Bekerja relatif terus menerus, ada keterkaitan dan partisipasi anggota secara
teratur.
e.
Organisasi ini ingin mencapai tujuan.
Ada
dua jenis Organisasi sebagai berikut :
a.
Organisasi formal
Organisasi
formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi
terdapat perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.
Contohnya, OSIS, PSSI, PWI dan lain sebagainya.
b.
Organisasi Informal
Sifatnya
tidak resmi, tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, begitu juga
perencanaan dan progaram-program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara
jelas, kadang-kadang terjadi begitu saja secara spontan. Contohnya, karang
taruna, kelompok pecinta sesuatu, fans clup suatu group musik atau orang-orang
terkenal.
10.
Kelas Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, pengertian kelas sosial hampir sama dengan lapisan sosial,
yaitu penentuan kedudukan seseorang dimasyarakat berdasarkan ekonomi seperti
dilihat pada faktor uang, tanah, atau kekuasaan.
Kriteria
penggolongan kelas sosial. Antara lain :
a.
Besar jumlah anggota
b.
Kebudayaan yang sama
c.
kelanggengan
d.
Tanda, simbol, atau lambang yang merupakan ciri khas
e.
Batas-batas ysng tegas bagi kelompok itu maupun kelompok lain
f.
Antagonisme tertentu.
Contoh
: kelas menengah, golongan pengusaha, kaum bangsawan.
11.
KASTA
Istilah
kasta dipakai untuk menyebut setiap lapisan dalam masyarakat yang sifatnya
turun menurun dan diperolehnya status ini sejak lahir secara permanen tanpa
mengalami perubahan sampai dia meninggal dunia. Seperti pada masyatrakat Bali.
Disana masyarakat terbagi menjadi emapat lapisan, yaitu : Brahmana, Satria,
Waisya, dan Sudra.Sistem kasta ini makin jelas dan makin diperkuat oleh adat
istiadat dan agama.
Ciri-ciri
kasta dapat disebutkan sebagai berikut :
a.
Penghormatan kepada anggota kasta yang lebih tinggi oleh kasta yang lebih
rendah.
b.
Terhadap kasta yang lebih rendah selalu ditekankan tentang inferioritas yang
melekat pada diri mereka.
c.
Kasta yang lebih rendah kurang mendapat kesempatan yang lebih baik seperti
pendidikan yang baik, atau usaha yang lebih besar.
d.
Pria dari kasta yang lebih tinggi dapat kawin dengan wanita dalam kastanya atau
dari kasta yang lebih rendah, sedangkan pria dari kasta yang lebih rendah hanya
dapat kawin dengan wanita dari kastanya sendiri.
12.
LEMBAGA
Lembaga
berarti suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang oleh masyarakat
dianggap penting. Sistem norma tersebut mencakup gagasan, aturan, tata cara
kegiatan, dan ketentuan sanksi ( reward system ).
Ciri-ciri
lembaga sosial menurut Gillin dan Gillin yaitu :
1.
Pola pemikiran dan perilaku yang terwujud dalam aktivitas-aktivitas masyarakat
beserta hasil-hasilnya.
2.
Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu.
3.
Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
4.
Mempunyai alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga
tersebut.
5.
Memiliki lambang-lambang yang merupakan simbol untuk menggambarkan tujuan dan
fungsi lembaga tersebut.
6.
Dalam merumuskan tujuan dan tata tertibnya, lembaga memiliki tradisi yang
tertulis dan tidak tertulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar